Menindak lanjuti kondisi kolam pembibitan C (3.5x6.00 m2) yang terlihat makin banyak yang mati (ribuan), maka diedarkan sms keadaan darurat kesemua pengurus untuk mengatasi keadaan tersebut. Jumat siang berkumpul di JMC 5 pengurus dan konsultan, dalam evaluasi tersebut ditemukan temuan beberapa hal yang mungkin sekali sebagai penyebab kegagalan ini antara lain :
1. Kolam pada siang hari terlalu bayak memperoleh sinar matahari, sehingga tumbuh terlalu banyak lumut di kolam ini, sementara antisipasinya kurang cepat dan tepat. Hal ini mengakibatkan air jadi keruh.
2. Penambahan aerasi yang kurang pas terutama pada ukuran, ini berakibat kotoran menjadi bercampur, tidak mengendap sehingga berkibat semakin keruh. Juga karena kuatnya aerasi maka terjadi arus putar dalam kolam, dimana pada sisi utara barat terjadi putaran air yang terlalu besar bercapur kotoran, pada derah ini ditemukan banyak sekali bibit yang mati.
3. Ada dugaan juga bahwa pemberian makan yang berupa cacing sutra, kurang memenuhi syarat dalam jumlah dan jarak waktunya. Disamping itu air yang keruh mungkin juga sebagai penyebab bibit yang masih kecil itu tidak bernafsu untuk makan. Meskipun banyak terlihat bibit yang tumbuh luar biasa, namun dapat dipastikan bibit itu besar karena mamakan bibit lain yang kecil.
Maka pada sore itu diputuskan kolam dikuras, bibit yang sedanya masih bisa diselamatkan ditampung dikolam B 2.50x2.50 m2, sementara +3000 ikan yang sudah ukuran 5/7 lebih yang ada dikolam B ini dijual kepada anggota. Dalam pengurasan kolam C ini sudah diduga akan mengalami kesulitan dalam memisahkan bibit yang bercapur kotoran dan lumut ini.Oleh karena diwal dicoba pengambilan kotoran itu dengan menggunakan pompa ATNAN AT105, berkekuatan dorong 3m dengan menambah filter didepannya. Percobaan ini gagal karena ternyata daya hisap pompa nya masih kurang kuat untuk menyedot kotoran dan lumut yang sedemikian banyak. Ketika filter dilepas, hisapan cukup kuat tetapi tidak lama pompa macet, air tidak bisa keluar....
Langkah terakhir yang diambil adalah cara yang paling pahit dan beresiko, ialah dikuras secara konvesnsional. Air dibuang sambil disaring melalui lubang kuras, semantara dari kolam air juga di ambil dengan ember untuk disaring. Pada awalnya air masih jernih dan bibit bisa dipisahkan, tetapi pada akhir pengurasan air sangat kotor sehingga untuk memisahkan bibit dengan lumut sangat sulit karena campur. Oleh karenanya pemisahan dilakukan ddengan mengocori ember air kurasan tersebut dengan air bersih terus menerus. saperti yang telah diperkirakan diatas, maka banyak terdapat bibit yang mati.
Demikian dilakukan pengurasan kolam C yang sampai waktu maghrib tiba baru dapat diselesaikan dan diperkirakan bibit yang bisa diselamatkan kurang dari 5000. Suatu pengalaman pahit bagi JMC, namun menjadi pembelajaran yang sangat menarik untuk difahami dan direnungkan agar TIDAK AKAN TERULANG LAGI...!
catatan akhir:
Pada pemijahan kedua ini rekan-rekan nampaknya JMC kurang manyadari adanya perubahan iklim pada waktu-waktu terakhir, dimana hujan sudah sangat berkurang. Berbeda dengan saat pemijahan pertama dimana hujan hampir setiap hatri terjadi. Kebijakan untuk membuka dan menutup atap kolam dilakukan seperta aituran saat pemijahan pertama, sehingga setiap siang, kolam mendapat matahari yang sangat banyak. Hal ini berakibat pertumbuhan lumut yang sangat besar. Untuk pembesaran hal ini tidak bermasalah karena lele ukran diatas 5/7 sudah mau makan lumut, tetapi untuk bibit , lumut ini bisa menjadi bencana.